nikenepr

Just another WordPress.com site

Tetap SEMANGAT

Bismillah

 

01 Oktober 2012 setelah upacara memperingati Hari Kesaktian Pancasila, saya coba ajukan untuk dapat mengikuti Kursus IR ODP Batch II 2012 (Industrial Relation Officer Development Program) yakni pelatihan mengenai ketenagakerjaan khususnya yang berkaitan dengan Industrial Relation (hubungan industrial menyangkut hal dan kewajiban Pekerja dan Pengusaha).

 

Kursus ini akan dilaksanakan tanggal 08 Oktober 2012 – 12 Oktober 2012 di Pertamina Learning Center Simprug Jakarta, nama saya pun ada dalam daftar panggilan kursus, hanya yang menjadi kendala adalahhhhhh … tanggal 08 oktober teh saya sudah cuti hamil (tmt 3 Oktober 2012 dan sudah di acc Manager pula). Padahal sayang banget kalau dilewatkan.

 

IRODP itu salah satu kursus wajib untuk HR, khususnya untuk pekerja bagian IR (Saya pan bagian IR di RU III). Kalau saya lewatkan, waduh sayang banget, ilmunya itu lhooo, apalagi 3 minggu sebelumnya baru menangani 4 kasus tindakan indisipliner, jadi otak saya masih fresh dan insyaAllah sedang semangat-semangatnya untuk mencari ilmu plus juga suami kan insyaAllah akan dinas di Jakarta pada tanggal yang sama 😀 jadi bisa menginap bersamaaa, lumayan kan sekali dayung 2-3 pulau terlewati \(^0^)/

 

Tapi eh tapi sampai sekarang pengajuan kursus saya belum di acc atasan. Alasannya : “Niken kamu kan sedang hamil, tanggal 3 juga sudah cuti, udah kamu fokus aja sama persiapan melahirkan, nanti kalo ada apa-apa di kelas saya sama Manager kena tegur atasan di pusat”.

 

Saya masih keukeuh : “Iya Pak, tapi kursusnya kan di Jakarta, deket Bandung, dari Bandung saya bisa naik kereta jadi nggak terlalu cape, nanti saya nginepnya di PLC biar gak terlalu jauh atau nyari hotel sekitar Simprug”

 

Atasan : “liat itu perut udah besar, IRODP itu kursusnya berat lho, seharian duduk di kelas, dari jam 7 pagi sampai maghrib, kamu kan harusnya banyak jalan. Tunggu aja tahun depan kan masih ada.”

 

Saya mikir-mikir kalo tahun depan berarti insyaAllah sedang menyusui : “Kalau tahun depan saya udah ada Bayi pak, khawatir lebih repot harus bawa2 bayi dari Palembang ke Jakarta (kalau di Jakarta).”

 

Atasan : “Enakan tahun depan, siapa tau diadakannya di Bandung, jadi bisa sekalian pulang kampung. Gimana? Pikirkan dulu aja ya, kan lagi hamil udah 8 bulan lagi, nanti ada apa-apa bisa gawat”

 

Saya “ Itu dia pak, mumpung masih hamil, apalagi sedang cuti 3 bulan Niken gak akan ada kegiatan, setidaknya ingin ikut kursus biar nambah ilmu, kalau masalah cuti, saya gak dipotong juga cutinya gpp kok, saya pengen banget Pak, ilmunya sayang.”

 

Atasan : “oohhh, yaudah kalo pengen ilmunya, kamu copy aja materi IRODP Pak XXXXX kemarin (Salah satu rekan saya yang baru pulang kursus IRODP Batch I 2012), baca-baca, kalau mau sekalian bantuin kerjakan tugasnya, biar ilmu kamu lebih mateng.” *Sambil senyum*

 

Saya *dalam hati : yahh gak dapet sertifikatnya dong -_- … “Oke deh Pak, tapi tolong dipikirkan lagi ya Pak, insyaAllah saya siap koo untuk Kursus”. *Memelas*

 

Jadi yah begitulah,,, apapun keputusannya, saya bisa ikut kursus atau enggak, insyaAllah itu yang terbaik.. dan lagi memang iya, duduk seharian itu bikin pegel punggung (selama hamil). Yah pokoknya tetap SEMANGAT \(^0^)/ *sambil berjalan ke arah meja Bapak XXXXX untuk mengopy soft-file materi IRODP 😀

 Palembang, 01 Oktober 2012

 

Tinggalkan komentar »

Maaf jika Membuat Kecewa.

Saya tiba-tiba ingat salah satu tulisan di Blognya Pak Jamil Azzaini yang berjudul hampir mirip dengan judul tulisan saya. Dalam tulisannya Pak Jamil menjawab salah satu ‘complain’ dari followernya di twitter tentang sikapnya yang bercanda-canda (bermain tebak-tebakan) dalam akun twitternya. Dengan bijak Pak Jamil meminta maaf telah membuat followernya kecewa, namun disisi lain Pak Jamil pun menerangkan bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tidak sempurna, tidak mungkin dirinya terus menerus menampilkan kesempurnaan, karena baginya sikap apa adanya jauh lebih baik dari pada harus ‘jaim’ tapi sikap antara ruang soc-med dengan sehari-hari berbeda.

 

Kejadian yang sama terjadi pada saya beberapa waktu lalu. Seorang teman mengirimkan email yang menurutnya hanyalah meneruskan semacam ‘complain’ dari temannya yang lain atas sikap Pasutri yang LDR di soc-med  (saya dan suami sedang menjalani LDR). Sikap yang dimaksud adalah sikap yang menunjukan kemesraan di ruang twitter yang adalah ruang publik, sehingga membuat teman dari teman saya itu merasa risih dan sempat ‘curhat’ dengan teman saya tersebut, kemudian atas saran teman saya tadi, yang bersangkutan memilih untuk me-mute akun twitter pasutri LDR tersebut, yang bisa jadi sebenarnya menunjuk pada saya dan suami.

 

Seperti halnya Pak Jamil, saya atas nama pribadi meminta maaf jika ada teman-teman yang merasa kecewa atau risih dengan sikap saya dan suami di soc-med manapun yang menunjukkan kemesraan. Baik itu berupa postingan foto-foto kami yang sedang berdua (tapi dijamin tidak ada foto yang perlu disensor), maunpun ungkapan-ungkapan sayang.

 

untuk yang merasa terganggu, anda berhak me-mute atau unfollow atau block akun manapun yang dirasa mengganggu, itu adalah hak anda. Namun sebagai makhluk sosial di era digital ini, terjun ke dunia soc-med memang perlu kebesaran hati dan keluasan empati karena tidak semua yang kita harapkan ada disana.

 

Seperti juga pak Jamil, saya mempunyai alasan tersendiri. Saya bukanlah manusia sempurna yang segala sikap dan tutur katanya dapat menyenangkan setiap orang. Saya hanya ingin menjadi diri saya sendiri,  tidak mau menjadi ‘jaim’ di ruang-ruang publik, beginilah saya apa adanya : ekspresif menyatakan apa yang saya rasakan. Apa hendak dikata, LDR memaksa kami mengoptimalkan seluruh saluran dimana kami bisa ‘bertemu’. Jarangnya bersua dan kurangnya waktu kebersamaan secara fisik kami coba reduksi dengan memanfaatkan kebersamaan di seluruh ruang yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan mengekspresikan rasa.

 

Lalu, apakah salah mengekspresikan cinta? Apalagi ini adalah cinta yang halal.

 

Namun saya tetap berterimakasih pada kejadian ini. setidaknya membuat saya tiba-tiba semangat menulis lagi setelah vakum berbulan-bulan (kecuali menuliskan analisa dan kronologis kasus-kasus ketenagakerjaan yang sedang ditangani :D), dan merasa terberkahi karena dengan memiliki Pekerjaan dan sejumlah kesibukan yang nyata dan berdampak manfaat bagi perusahaan, sehingga saya pribadi hampir tidak ada waktu untuk mencampuri urusan orang lain. J

 

Palembang, 27 September 2012

 

 

1 Komentar »

Tinggalkan komentar »

TITIPAN MANIS

Image

Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya aku coba menulis lagi…. kali ini tentang Pak Edi, my someone special 🙂

———————–

Kurus, keriput, kecil, tua, dan berkulit gelap. Tapi jalannya lincah dan selalu memasang senyum lebar menutupi geliginya yang telah tanggal. Wajahnya mengingatkanku pada Haji Tile, aktor lawas yang telah berpulang. Kemana-mana dia bersepeda. Warnanya merah marun, baik di keranjang maupun di boncengan belakangnya telah penuh dengan berbagai dokumen yang akan diantarnya. Namanya Pak Edi, beliau adalah pengantar surat di kantor tempatku bekerja.

“Hai!” Seru Pak Edi menyapa, “Harap maklum” katanya dengan suara kecil namun nyaring  sambil menyalamiku di suatu pagi saat baru sampai di kantor.

Saat  itu adalah minggu pertamaku di kantor baru, dan aku hanya bisa menyernyit sambil memaksakan tersenyum membalas salaman tangannya. Baru beberapa hari kerja langsung disapa makhluk unik. Pikirku saat itu.

“Pak edi tuh pulang pergi dari rumah ke kantor naik sepeda lho” Seseorang bercerita padaku.

“sebenarnya Pak Edi tuh udah pensiun, Cuma sering datang bantu-bantu kirim surat. Dia gak digaji lho ken, Cuma orang-orang kadang suka ngasih uang”

Hooo…

Kupikir orang seusia Pak Edi kok masih mau ya naik sepeda jauh-jauh dibawah teriknya matahari dan cuaca Palembang yang menurutku sangat panas. Itulah sebabnya pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan Pak Edi kutempelkan selembar uang saat bersalaman dengannya. Nilainya tidak besar, tapi kuharap bisa menolongnya.

Salam tempel itu tidak selalu kulakukan, kadang saja kalau kebetulan uangku berlebih. Tapi sejak salam tempel yang pertama, di mana pun aku bertemu dengannya, Pak Edi selalu merogoh sakunya dan memberiku 2 atau 3 buah permen. Selalu. Setiap hari.

Saat dia akan mengantar surat ke mana pun di Ruang HR gedung Avigas (tempat kantorku), maka dia akan berbelok menuju mejaku dan memberiku titipan manis. 2 atau 3 buah permen setiap hari. Berbagai rasa. Dan selalu membuatku tersenyum. Sampai hari ini, semua orang di kantor akan langsung menyambut Pak Edi jika beliau datang dengan memanggilku.

“Ken, tuh pacarnya datang”

Dan tak berapa lama kemudian Pak edi menghampiriku dan memberiku 2 atau 3 buah titipan manis. Permen berbagai rasa.

============

Hikmah:

Apa yang dilakukan Pak Edi mungkin kecil, tapi shodaqoh-nya berupa permen selalu membuat saya senang. Kupikir jika kita punya kemampuan akan lebih baik jika shodaqoh dilakukan setiap hari, meski kecil namun berkelanjutan (istiqomah). Wallohualam J

 

Plaju, 16 Desember 2011

3 Komentar »

negeri insekta (cerita anak)

Suatu hari di negeri insekta yang merupakan kerajaan serangga sedang bersiap-siap menyambut datangnya musim hujan. Musim hujan adalah saat-saat yang ditunggu oleh seluruh negeri karena di musim inilah tanah menjadi subur dan gembur, maka diundanglah seluruh serangga di negeri Insekta untuk jamuan makan yang disediakan oleh Raja dan Ratu lebah sebagai pemimpin negeri Insekta. Jamuan makan itu sebagai tanda syukur kepada Allah dan juga sedekah, yang sengaja disediakan untuk rakyat di negeri Insekta yang telah lama dirundung kemarau berkepanjangan sehingga banyak yang jatuh miskin dan tidak punya makanan.

 

Semua serangga mulai berdatangan ke Istana. Ada keluarga Nona nyamuk belang, keluarga lalat Atun, Oom Jangkrik krik krik, Tuan Belalang Tempur, Nona Semut Imut, sampai keluarga yang paling miskin yaitu keluarga Bapak kecoa wawa, semuanya hadir dan diundang.

 

Ady si Laba-laba yang tidak mendapatkan undangan hanya bisa bersedih, dan melihat dari jauh. Dia pun merasa lapar dan ingin ikut serta dalam jamuan makan serangga. Karena perutnya semakin keroncongan dia lalu memberanikan diri untuk ikut masuk.

 

“Badanku juga kan kecil sama seperti serangga lain” begitu pikirnya.

 

Lalu dia berjalan bersama-sama dengan rombongan keluarga Mr. Kumbang yang bertubuh gemuk. Mr. Kumbang menyapanya dengan ramah dan mereka berbincang sepanjangan jalan menuju istana.

 

“Undanganku sempat salah alamat, untungnya pengantar undangan segera menyadari kesalahannya dan mengantar undangan itu padaku.” Seru Mr. Kumbang menceritakan bagaimana akhirnya ia sampai bisa diundang oleh kerajaan.

 

“mungkin undanganku pun salah alamat,” pikir ady si laba-laba. Jadilah dia dengan berjalan menuju istana dengan langkah yang ringan.

 

Sesampainya di gerbang Istana, beberapa prajurit lebah melakukan pemeriksaan. Keluarga Mr. Kumbang diperiksa terlebih dahulu dan mereka diperbolehkan masuk, saat giliran Ady si laba-laba yang diperiksa, dia tidak diperbolehkan masuk oleh prajurit lebah.

 

“Maaf, kamu bukan serangga, jamuan makan ini khusus disediakan bagi serangga”

 

“hah? Aku juga kan berukuran hampir sama dengan Mr. Kumbang dan yang lain, mengapa aku tidak boleh masuk?”

 

“lihat tubuhmu. Kami serangga memiliki 3 pasang kaki, sementara kamu laba-laba memiliki 4 pasang. Kami serangga bersayap yang memungkinkan kami untuk terbang, sementara kamu laba-laba tidak memiliki sayap dan tidak mampu terbang. Kami serangga memiliki sepasang antena, sementara kamu tidak punya. Jadi kamu bukan bagian dari kami, maaf, namun hanya serangga yang diundang ke jamuan ini.”

 

Dengan sedih Ady si laba-laba meninggalkan istana dan mulai menangis, meratapi nasibnya yang tidak memiliki bangsa.

 

“Jadi aku ini masuk termasuk apa jika bukan serangga?” tanyanya lirih.

 

—————————————————————————————-

Laba-laba jelas-jelas bukan serangga.

Di kalangan masyarakat sering terjadi salah kaprah yang menempatkan laba-laba sebagai bagian dari serangga. Padahal laba-laba dan serangga sangat berbeda dalam berbagai hal. Mudahnya dilihat dari morfologi, berikut perbedaan antara laba-laba dan serangga.

Laba-laba

– Tubuh terdiri dari 2 bagian, cephalotorak dan abdomen

– Kaki 4 pasang

– Alat mulut berupa chelicera

– Tidak ada antena

 

Serangga

– Tubuh terdiri dari tiga bagian; kepala, thorak, dan abdomen

– Kaki 3 pasang

– Alat mulut bervariasi, disesuaikan dengan tipe makanan

– Sepasang antena

Lalu masuk kategori apakah laba-laba?

Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.

Jadi jangan salah mengenali ya ^^

 

Niken Rosady

Plaju, 21 oktober 2011

 

Dari berbagai sumber J

1 Komentar »

kontempelasi : film horor

Apa jadinya jika malam hari, kau hanya berdua saja di kamar dengan room-mate mu, dan dia telah tertidur pulas sementara televisi di kamar menampilkan adegan film horor?

 

Yang pasti aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari TV, padahal dihadapanku laptop menyala dan menampilkan BAB III KKW (tugas akhir pendidikan yg sedang kujalani) sedang menanti untuk segera diselesaikan.

 

Sebenarnya malam itu sudah aku alokasikan untuk menyelesaikan BAB III KKW sambil sesekali chat dengan seseorang. Saat sedang asyik mengetik, pandanganku sesekali melihat pada Televisi yang mulai menayangkan adegan-adegan yang cukup menarik perhatian: anjing-anjing penarik kereta salju tiba-tiba ditemukan mati. Helikopter ditemukan rusak. Dan adegan yang lebih menegangkan, saat hari mulai gelap, beberapa orang sedang bercengkrama di luar, salah satu dari mereka tiba-tiba ditarik secara paksa oleh seseuatu yang misterius diiringi teriakan-teriakan mengerikan.

 

Dan twala… akhirnya aku hanyut dalam ketegangan film 30 Days of Nights.

 

Film ini bercerita tentang vampir yang meneror penduduk kota Barrow di negara bagian paling utara Amerika yaitu Alaska. Diceritakan bahwa saat memasuki musim dingin kota ini secara rutin setiap tahun akan mengalami kegelapan (matahari tidak terbit) selama 30 hari. Kebanyakan penduduk memilih untuk menggunakan waktu 30 hari untuk berlibur di kota lain, hanya sebagian saja yang memilih untuk tetap tinggal. Tanpa mereka sadari, sekelompokvampir menyerang kota mereka, dan selama 30 hari kemudian kota Barrow menjadi tempat pembantaian penduduk oleh para Vampir.

 

Sebenarnya yang ingin aku ceritakan bukan tentang betapa dingin dan ngerinya film ini. Namun tentang rasa syukur sekaligus was-was yang aku rasakan setelah menyaksikan film ini.

 

Aku tidak bisa membayangkan jika para vampir itu benar-benar ada. Tentu akan sangat mengerikan, hidup dibawah tekanan dan bayang-bayang kematian karena diburu oleh Vampir. Setiap hari harus berpikir tentang strategi bertahan karena sulit untuk melawan akibat kekuatan yang tak seimbang. Melawan sama dengan bunuh diri. Bertahan sama dengan memperlambat kematian datang, karena cepat atau lambat penciuman mereka yang tajam akan menangkap baumu dan kau akan menjadi santapan mereka.

 

Vampir mungkin tidak nyata, tapi nyatanya banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam tekanan dan penindasan. Kadang aku berpikir, “hari gini masih ada penjajahan?”. Astagfirullah, mungkin aku sering lupa pada saudara-saudaraku sesama muslim di Palestina yang setiap hari hidup dalam tekanan. Tembakan bisa meletus kapan saja, korbannya tak pandang bulu bisa orang tua atau anak-anak. Atau coba tengok para remaja di Irak yang tidak bisa bebas menikmati pendidikan dan hidup dalam bayang-bayang senapan dan tank setelah invasi Amerika yang katanya hendak mencari ‘senjata pemusnah massal’, justru malah mereka sendiri yang memusnakan ribuan rakyat Irak yang tak berdosa.

 

Film ini benar-benar membuatku berpikir jauh, sampai pada akhirnya aku bersyukur dengan kondisiku saat ini. Pagi aku bisa sarapan dengan tenang, siang bekerja dengan leluasa, dan sorenya aku bebas memilih untuk mengisinya dengan main sepeda, ikut senam aerobik atau menonton film korea. Aku bisa sekolah sampai sarjana, mendapat kesempatan bekerja, beribadah dengan merdeka, dan merencanakan masa depan dengan tenang. Kondisinya begitu nyaman bukan? aku tidak pernah merasakan tegangnya dikejar-kejar vampir atau senapan atau tank. aku yakin kamu pun tak pernah merasakannya. Bukankah ini sebuah nikmat?

 

Hey, pernahkah kau berhenti sejenak dan mensyukuri itu semua?

 

Bersyukur bahwa kita bisa menjadi bangsa yang merdeka. Bersyukur karena sejak lahir kita tidak pernah mengenal rasa was-was pada senapan atau bom yang dilancarkan Jepang atau Belanda atau siapapun yang menjadi penjajah. Bersyukurlah Pada Allah atas karunia dan nikmat yang luarbiasa ini, dan tak lupa doakan juga para pahlawan yang gugur memperjuangankan kemerdekaan negeri tercinta. Doakan mereka yang mengorbankan harta, jiwa dan raga untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia dapat merasakan kemerdekaan, ketenangan dan bebas dari tekanan penindasan.

 

Jika saat ini kita merasa miris dengan kondisi bangsa yang yaaahhh begitulah… para politikus yang tak lebih dari sekadar poli-tikus (tikus yang banyak), hey pemuda, mungkin kalian sedih, tapi sedih saja tak cukup. Mari kita pertahankan kemerdekaan, perjuangankan persatuan, dan jadilah pemuda yang kreatif dan berbakti.

 

Mungkin kemarin kita adalah para pemuda yang malas dan terbuai kenyamanan, semoga sejak hari ini, sejak sadar bahwa semua nikmat ini adalah karunia dan akan dipertanggungjawabkan pada Allah, kita bisa menjadi lebih baik.

 

Dibawah ini adalah puisi tentang para pemuda yang meninggal di usia yang belia, demi sebuah cita-cita mulia : merdeka

KRAWANG-BEKASI

karya : Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
Brawidjaja,
Jilid 7, No 16,
1957

 

Niken Rosady

17 Oktober 2011

Kamar No. 5 Wisma Flat Plaju-Palembang

23.03 wib

Menulis sambil setengah mengantuk.

 

 

catatan: puisi ini berhasil membuat aku menangis sesegukan waktu pertama membacanya sekita 1,5 tahun lalu. sangat mengena dan mengharukan.

 

Tinggalkan komentar »

alhamdulillah :)

Tugas saya sudah selesai semua, walau dikerjakan sambil mengelap hidung yang basah karena sedang  flu, tapi alhamdulillah bereeesssss…

 

Tinggal menunggu pembimbing saya datang, kemudian saya serahkan tugas saya untuk diperiksa, jika ada yang perlu dikoreksi ya saya koreksi, J

 

Sudah lama tidak menulis… lamaaaaaa bangeeettt, kayaknya udah mau tiga tahun gak produktif. Mari kita mulai dengan bismillah hari ini, walau harus belajar lagi dari awal tapi tak masalah, bukankah belajar itu dimulai sejak masih dalam buaian dan berakhir saat tubuh kita dimasukkan dalam liang lahat?

 

Bismillahirrohmanirrohiiiimmmmm……

Mari kita belajaaaaaaarrrrrrr ….. Belajar Menulis \(^0^)/

 

 

Niken Rosady

Dalam keadaan pilek, puyeng dan sedikit ngantuk

Kantor HR area RU III Plaju

Pukul 14.28 WIB

Tinggalkan komentar »

cemburu 4 agustus 2011

Ini adalah apa yang saya rasakan saat saya mendapat kabar tentang kondisi kamu dan keluargamu.

 

Saya adalah orang yang menempati tempat khusus di hatimu, dan begitu pun kamu, sangat khusus di hatiku.

Lama kita saling kenal, meski baru dekat sekarang ini.

Kita dekat dan saling terbuka.

Bukankah kita tertawa dan menangis bersama?

Lalu kemudian kita terpisah jarak karena keadaan.

Maka apakah dengan jarak itu maka berjarak pula hati kita?

Karena kamu masih ada di sini, di hatiku, meski aku tak selalu menyapamu.

 

Aku bahkan menangis mendengar kabar itu.

Kabar yang aku heran tak kudengar langsung darimu.

Kabar tentang kepergian panutanmu yang kudapat hanya dari kicauan burung

Bahkan sama sekali tak ada kabar darimu. Darimu langsung.

 

Lalu seseorang menyapa menceritakan kisahmu.

Seseorang dari jauh.

Lalu siapakah Dia yang kau kabari itu secara langsung?

Bukankah Dia yang baru kini kau kenal?

Apakah dia pernah tertawa bersama mu? Mungkin pernah,

Tapi apakah dia pernah menangis bersamamu?

Mendengar keluhmu, menatap kesahmu, dan mencoba menghibur susahmu?

 

Apakah kini aku tak lagi khusus di hatimu,

Sampai kau tak mempercayakan kisah itu padaku?

 

 

 

Dari sahabatmu yang menangis melepas kepergian panutanmu dan bersedih karena kehilangan kabar darimu.

Tinggalkan komentar »

Aku Belajar

 

 

Teman, saat datang masalah sering sekali kita menjadi kalut

Segala menjadi pelik dan pedih

Kita sering lupa bahwa Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan Hamba-Nya (QS 2:286)

Dan kita sering lupa bahwa selalu ada hikmah dari setiap masalah.

 

Teman,

Bulan ini adalah bulan kepedihan

Hampir setiap hari persahaan sedih dan kesakitan

Langkah gontai dan penuh kebingungan

 

Teman,

Tapi aku belajar

Bahwa dulu aku terlalu picik dan kekanakan

 

Aku belajar bahwa perlu waktu sebelum mengambil keputusan

Aku belajar bahwa memaksakan kehendak itu adalah kejahatan

Aku belajar bahwa menyerah tidak selalu kalah

Aku belajar bahwa apa yang kita inginkan belum tentu bisa tersampaikan

Aku belajar bahwa jujur terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain itu harus dilakukan

Aku belajar untuk merelakan dan tidak berlaku egois lagi

Aku belajar untuk menerima keadaan

Aku belajar untuk bersabar dan bersyukur

 

Ternyata teman, pembelajaran dari Allah tidak selalu dengan cara yang menyenangkan, pun tidak selalu dengan cara yang menyedihkan. Apapun caranya selalu ada hikmah. Tetap tersenyum dan saling mendukung.

 

Note ini untukmu, teman ^_^

2 Komentar »