nikenepr

Just another WordPress.com site

DOMPET

pada Oktober 8, 2011

DOMPET

Jum’at 24 Juni 2011

Bagaimana perasaanmu jika hal paling penting di dunia hilang dari tanganmu di Kota yang baru saja kau tinggali? Apakah kau akan merasa panik? Sewajarnya kau merasa panik. Tapi saat dompetku yang berisi ATM, KTP, SIM, Buku Tabungan dan semua surat-surat berharga lainnya hilang, aku hanya terdiam selama beberapa detik. Bingung dengan perasaanku sendiri. Aku tidak merasakan apa-apa. Yang ada dalam kepalaku adalah : Ayo segera cari!

Jadi aku berlari ke tempat parkir, siapa tahu dompetku jatuh di tempat Parkir. Alex, temanku, mengikutiku dari belakang.

“Ada gak Ken?” tanyanya penuh harap. Aku menggeleng.

Mungkin terjatuh di perjalanan. Tadi pagi aku dan Alex sudah sepakat untuk mendaftar pembuatan pasport ke kantor imigrasi. Jadi setelah meminta izin pada section head masing-masing kami segera ke kantor imigrasi Kota Dumai ini untuk mendaftar. Kantor ini letaknya tidak terlalu jauh dari kantor tempat kami OJT, itulah sebabnya saat berkas persyaratan milik Alex ada yang tertinggal di kantor, kami kembali ke kantor untuk melengkapinya.

Setelah yakin semua berkas telah lengkap, kami memutuskan untuk kembali ke kantor Imigrasi. Disinilah aku menyadari bahwa dompetku tak ada. Jadi aku berlari ke parkiran motor, berharap dompet itu terjatuh di sana. Tidak ada.

Aku berlari kembali ke kantorku, mengecek sampai ke kolong meja, mengaduk-aduk tas ku, tidak ada. Aku ke ruangan Humas tempat aku dan Alex mengeprint berkas, tidak ada juga.

“Mungkin di kantor imigrasi pas kita daftar tadi,” kata Alex menyampaikan kemungkinan. Bisa jadi tadi sewaktu aku menyerahkan berkas pada petugas dan menunggu verifikasi, tanpa sadar dompetku tertinggal di loket.

Kami berboncengan menuju kantor imigrasi dengan segera. Sambil melihat-lihat di jalan siapa tahu dompetku terjatuh di Jalan tanpa kusadari.  Aku menghitung-hitung apa saja isi dompet itu. Ooh, seluruh hidupku di kota ini ada di sana. ATM, KTP, SIM, Buku Tabungan, uang, dan surat-surat lainnya. Aku membayangkan repotnya harus mengurus semuanya di kota ini, yang baru aku tinggali sekitar satu bulan.  Lapor ke polisi, RT, RW, Lurah, membuat KTP baru, SIM baru, memblokir ATM mengurus ATM baru, dan sepertinya aku harus meminjam uang pada Alex untuk makan siang nanti. Betapa aku tertekan dan butuh cerita pada Mama. Tapi aku ingat kata-kata Mama saat menasihatiku tentang bagaimana menjadi wanita yang baik—berhubung aku punya kebiasaan akan langsung curhat jika menemui rintangan apapun.

“kalau ada masalah apa-apa coba bereskan sendiri dulu, apalagi kalau sudah nikah, jangan langsung berbagi masalah dengan suami, kalau sudah beres baru cerita, atau kalau sekiranya butuh bantuan suami, baru cerita, tapi jangan sampai membebani.”

Jadi aku pun tidak melaporkan musibah ini pada siapapun kecuali pihak-pihak terkait:

1.    Section Head : meminta izin untuk mencari dompet dan  aku mendapat saran untuk melapor pada polisi.
2.    Alex : karena saat kejadian dia yang bersamaku. Dia cukup bertanggungjawab menemaniku menyelesaikan permasalahan ini.
3.    Mbak Lina, sekretaris Manager : untuk membantuku mencari dompet siapa tahu terjatuh di kantor.
4.    Bank Mandiri : untuk memblokir ATM dan menanyakan prosedur pembuatan ATM dan buku tabungan baru. Aku mendapat Info bahwa untuk membuat kartu ATM baru aku harus melampirkan KTP, sementara KTP hilang, lalu bagaimana? Mau tidak mau aku harus membuat KTP Dumai. Sore ini aku harus ke Pak RT, sebelumnya aku harus mencari tahu dulu siapa Pak RT di blok D Perumahan Pertamina?

Kami sampai di kantor imigrasi Dumai. Dan Nihil. Dompetku tidak ada dimanapun. Sudah kutanya setiap orang yang ada di sana, tapi tidak ada seorang pun, baik petugas maupun pengunjung yang melihat dompet itu. Aku pasrah. Astagfirullah, ini pasti teguran dari Allah, aku ingat-ingat lagi apa ya janji yang pernah kukatakan namun belum kupenuhi. Atau jangan-jangan karena shodaqohku yang kurang, atau apa ya? Aku yakin sebuah peristiwa itu mengandung hikmah. Suatu hari aku pasti akan mengetahui apa pelajaran yang terkandung dalam peristiwa ini. Untuk saat ini pelajaran yang bisa kutarik adalah : Bawalah tas untuk menyimpan dompet dan semua barang berhargamu, jangan hanya ditenteng.

“Gak ada ken?” Alex bertanya. Aku menggeleng.

“Yuk lengkapi berkas dulu.” Aku mengajak Alex untuk melengkapi berkas persyaratan imigrasi untuk membuat pasport yang tadi sempat tertunda. Setelah semuanya lengkap, kami mendaftar dan tinggal menunggu sampai hari senin untuk di foto.

Kami pun kembali ke kantor. Di jalan aku kembali meneliti jalan siapa tahu bisa menemukan dompetku. Tetap tidak ada. Atas saran section Head aku diminta kembali ke kantor untuk menemui Pak Firdaus yang akan mengantarku untuk melaporkan kejadian ini pada polisi, Pak Firdaus adalah Pekerja Pertamina yang asli orang Dumai.

Sesampainya di kantor aku mencari Pak Firdaus. Di sedang di kantin. Merokok.

“Ken, nanti ya, Bapak merokok dulu, nanti diantar ke kantor polisi.”

Iya, aku pasrah saja, berhubung aku masih baru di sana dan belum banyak orang yang ku kenal. Aku kembali ke ruanganku, saat itulah ponselku bergetar. Sebuah telpon masuk. Dari Pak Rudi Section Head RU V Balikpapan yang menjadi pembimbingku selama 2 minggu OJT di sana. Ada apa gerangan?

“Assalamualaikum Niken,” Suaranya yang empuk menyapa dari seberang sana.

“ Waalaikumsalam Pak” entah kenapa aku selalu suka berbincang dengannya, beliau seorang pekerja yang cerdas, saat di Balikpapan aku memperoleh banyak ilmu dari beliau.

“saya dengar katanya Niken kehilangan dompet ya?”

Lho kok beliau tahu? Apa mungkin Pak Rudi punya indra keenam? Masa sih orang-orang yang kutelpon tadi menelpon beliau? Memangnya kenal?

“Iya, pak, tadi pagi hilang, Bapak kok bisa tau?”

“iya, tahu dong ….” dia sengaja membuat kejutan “tadi ada yang menelpon saya orang Dumai, katanya menemukan dompet Niken.”

Alhamdulillah… rezeki, Allah masih mempercayakan amanah dompet itu padaku.

Rupanya yang menemukan dompet adalah pekerja Pertamina yang kantornya di area kilang. Namanya Pak Paidi, dari fungsi Procurement. Dia sedang menuju kantor HR, tempatku OJT ketika menemukan dompet yang tergeletak dekat pintu gerbang. Dia meneliti dompet tersebut dan mendapati kartu nama Pak Rudi ada dalam dompetku, kemudian segera menelpon yang bersangkutan. Alhamdulillah aku membina hubungan baik dengan Pak Rudi, beberapa hari yang lalu aku baru saja menelponnya menanyakan seputar spesifikasi kilang. Pak Rudi memberiku nomor Pak Paidi, lantas aku pun segera mengabari Pak Firdaus mengenai hal ini dan beliau membantuku menelpon Pak Paidi.

Ini yang lucu : Pak Paidi adalah Pak RT di Komplek D Perumahan Pertamina Dumai. Jadi kalaupun dompetku misalnya tak ketemu, aku tetap akan bertemu dengannya untuk mengurus pembuatan KTP.

Hikmah: jika memang ia rezekimu, maka ia takkan hilang, selalu ada jalan untuk kembali.

Begitupun hari ini, saat ada hal yang membuatmu resah, jangan khawatir, bukankah Allah telah memberimu banyak pelajaran tentang rezeki, kekuatan doa dan keyakinan? Yakin saja, Allah pasti memberi yang terbaik untuk hamna-Nya.

Catatan : kejadian ini makin  menguatkan keyakinanku untuk memilihmu. Dua hari kemudian aku mengambil keputusan dan empat hari kemudian, sebuah keajaiban terjadi. ^^

PARURUN \(^0^)/

Plaju, 7 Oktober 2011


Tinggalkan komentar